Semangat kompor: mBledug
Entah kenapa semangat untuk menulis "nongol" dalam pikiranku saat dengan (terpaksa) harus membuka device-ku krn alasan menghargai pengamen.
Lho koq iso?
Flash back ke belakang, waktu di kota kecil yang (sulit mencari) kemacetan, waktu "nyetir" mobil terasa singkat. Sehingga sering kali mendengarkan CD "ngaji" sudah harus "terminated" padahal nanggung.
Nah, setelah kesempatan nyetir itu kubuang-dengan sengaja krn alasab "pegel". Bis menjadi andalan perjalanan yang (cukup) menyenangkan.
Dengan durasi yang (relatif agak) lama, kebiasaan mendengarkan "ngaji" menjadi tersalurkan. Bahkan seringnya, duluan diriku "ngorok" sebelum satu "episode" selesai.
Lalu apa hubungannya dengan pengamen dan semangat nulis?
waduh. Panjang juga, ya, nulisnya hanya untuk menuliskan sebuah alasan sederhana.
Jadi, begini. Pas pengamen "cuap-cuap", rasanya koq nggak tega "nyumpel" telinga dengan earphone. Tapi, aku nggak bisa menikmati lagu sang pengamen. Jangan menuduh aku sombong dulu, mungkin hanya karena masalah perbedaan "taste" saja.
Nah, saat tidak ada alternatif untuk "menikmati" perjalanan itulah, (iseng-iseng) kubuka email.
Lha, "ndilalah" ada blog orang indonesia, tepatnya wong solotigo (SMAku dulu di sana he...he....) yg dapat award. Isinya sederhana.
jadi, Wis mudheng, tho?
tapi semamgat menulis ini bukan semangat kompor, yang mBleduk kemudian disiram air dan mati dan sulit hidup kembali.
Terima kasih untuk pengamen hari ini (makanya kukasih seribu tadi karena biasanya nggak pernah ngasih. Medhit yo?). Nggak tahu jadinya bila tadi melantunkan "dandang gulo".